3 Comments

Serangan Umum 1 Maret 2006

Sebenarnya tulisan ini rada terlambat munculnya karena sekarang tanggal 2 Maret. Tapi berhubung di Amerika masih tanggal 1, ya belum kelewatanlah :p

Kado apa yang datang dari pemerintah pagi ini? Rupanya pemerintahan SBY-JK terinspirasi dari perjuangan para pahlawan kita yang melawan Belanda dengan cara mengadakan Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang merupakan salah satu tonggak penting sejarah bangsa kita. Tanggal 1 Maret dianggap pas bagi generasi penerus para pejuang itu untuk meluncurkan kebijakan yang penting pula. Kebijakan itu berupa kenaikan tarif tol rata-rata 22-23% untuk sejumlah ruas tol di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Ruas jalan tol yang mengalami kenaikan tersebut adalah ruas Jakarta-Cikampek, Sediyatmo (Bandara Soekarno-Hatta), and ruas Lingkar Luar Selatan Jakarta (Ulujami-Veteran). Menurut penjelasan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto seperti dilansir Tempo, sesuai dengan Undang-Undang nomor 38/2004 tentang Jalan, penyesuaian tarif tol dilakukan sekali dalam dua tahun dengan memperhitungkan laju inflasi. “Ketiga ruas tol itu sudah lebih dari dua tahun tidak naik, sehingga (tarifnya) layak dinaikkan,” ujarnya. Kenaikan tarif tol yang (diharapkan) berkala ini tentunya juga diiringi janji akan peningkatan kondisi jalan dan pelayanan terhadap masyarakat, seperti misalnya komputerisasi sistem pembayaran di jalan tol.

Dari hasil wawancara kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap rekan-rekan sekantor dan sepergaulan, umumnya mereka mengeluhkan kenaikan tarif tol yang dianggap “kecil” ini. “Uang Rp 500.- memang kecil untuk sehari, tapi kalau dihitung dalam sebulan rata-rata ada kenaikan ongkos transportasi sebanyak Rp 30,000.- kan”, begitu menurut seorang teman wanita yang suka mengenakan sepatu tinggi, berpakaian casual dan membiarkan rambutnya tergerai di bahu ini (loh?). Atau, “Asal jangan ongkos omprengan gue naek aja”, keluh seorang pria hampir seperempat baya (berapa ya umurnya?) melalui Yahoo! Messenger. Sesi wawancara yang mirip curhat ini pun segera dihentikan sebelum penulisnya bete.

Sementara itu berbagai hambatan masih menghadang di jalan “bebas hambatan” ini. Berdasarkan pengalaman sehari-hari penulis, jalur Bekasi Barat sudah mulai “pamer” (padat merayap) sampai pintu tol Pondok Gede Timur. Dan keluh-kesah belum berhenti sampai di situ, “pamer paha” (padat merayap perlahan-lahan) terus berlanjut sampai Kuningan! Itu termasuk kondisi normal lo, kalau ada hujan di pagi hari seperti yang terjadi 3 hari berturut-turut minggu ini, maka pupus sudah harapan datang on-time ke kantor dan suasana berganti dengan tatapan cemberut si bos, “You should change your lifestyle ya!”

Semestinya pemerintah mulai lebih serius menggodok dan mempercepat pembangunan transportasi alternatif yang murah, sehat, dan berkualitas bagi masyarakat. Jalur subway dan monorel serta 13 koridor busway yang sedang dibangun memang bagus, akan tetapi terlihat bahwa Jakarta dan daerah sekitarnya belum menyamakan pitch pembangunan mereka sehingga percepatan pembangunan transportasi tidak merata. Sementara itu kredit murah yang ditawarkan perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor terus memacu nafsu konsumerisme masyarakat sehingga mobil dan motor selalu laku terjual. Akibatnya diramalkan bahwa pada tahun 2014 Jakarta akan mengalami kondisi “macan tutul” (macet total) di semua ruas jalannya.

Bagi para pengguna jalan, kenaikan tarif tol ini nampaknya harus ditelan mentah-mentah saja karena PT. Jasa Marga hanya bisa meminta tarif tol naik tanpa pernah membuka dengan transparan kondisi dan efisiensi perusahaan mereka. Masyarakat pinggiran hanya bisa berharap agar besok dapat bangun lebih pagi supaya dapat mendahului kemacetan, atau pulsa HP senantiasa terisi sehingga dapat menghubungi kantor dengan cepat apabila terjadi sesuatu di jalan. Dari observasi lapangan yang penulis lakukan, para pengguna jalan biasanya mulai bangun dari tidur ayamnya dan memasang muka gelisah sekitar pukul 8 pagi, disusul kemudian satu per satu mengeluarkan ponsel tipe-tipe terbaru mereka dan ketak-ketik SMS, atau menelepon kolega mereka di kantor: “Babe udah nongol belom? Titipin absen untuk gue ya!”

Kuatkah para pengguna jalan itu menghadapi kemacetan setiap hari?! Gue sendiri mulai lelah deh. Solusi berikutnya adalah: cari tempat kost! Kalo ada kamar kosong ber-AC murah di sekitar Karet, tolong japri gue ya! Hehehe

Advertisement

3 comments on “Serangan Umum 1 Maret 2006

  1. Nasib, nasib…Gimana bisa nabung buat hari tua? Semuanya naik melulu… Sighhh….

  2. eh gimana gimana desahannya???? sighhhhhhhhhaseeeeeeeeeeekkkk!!!! hihihihihi

  3. Horeee!!! harga-harga pada naik!!!Berarti segera naik gaji pula!! selamat ya Brad, atas kenaikan tarif tol…buat teman kamu yang angkut itu…pemerintahan pasti berbaik hati tidak akan menaikan tarif angkutan…hanya penyesuaian aja kok….Congratulations

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: