3 Comments

Pemilu oh Pemilu

Secara gak sadar saya sebenarnya sedang menghitung mundur hari pemilu parlemen yang jatuh tanggal 9 April nanti. Ya, tiap hari setiap kali saya melihat kalender, saya selalu mengintip tanggal 9 April untuk melihat masih seberapa jauh lagi hari dimana saya mesti bangun pagi-pagi untuk pergi ke TPS.

Ya, hal Pemilu memang sedikit merasuki keluarga saya. Sebenarnya ini semua gara-gara Mama. Mama saya memang orangnya pedulian dengan soal pemilu. Dari sejak saya mulai memiliki hak pilih (duh, God knows how many years ago!), saya selalu diabsen untuk pergi ke TPS di hari Pemilu. Hal demikian berlaku juga buat adik-adik saya. Sewaktu ada Pilkada Kota Bekasi di awal tahun 2008 kemarin, saya kena damprat karena memilih melipir ke Bandung, hehehe. Apalagi adik saya nomor tiga yang masih jadi mahasiswa dan menjadi “aktivis” gak jelas di kampus, lebih sering kena damprat lagi karena sikapnya yang apatis terhadap pesta demokrasi tersebut. Dia lebih memilih tidur sepagian dan baru bangun setelah dimarahi berulang kali. Dan ketika akhirnya dia sampai di BTS, eh TPS, biasanya dia akan mencoblos SEMUA caleg atau capres yang ada! Iseng banget kan?! Orang-orang sampe bingung soalnya dia paling lama di bilik suara. Jadi pas pulang dari TPS, justru dia kena semprot lagi. Hahahaha.

Untungnya hal ini hanya mencakup absensi dalam pemilu, tidak sampai mempengaruhi hak suara seisi rumah. Sewaktu Mama memilih capres B di tahun 2004, gak ada satu pun di rumah yang ikut dia. Hehe. Dan itu sudah biasa. Caleg/capres yang dipilih tetap dihargai sebagai kebebasan individu. Tapi ada juga sih saat di mana Mama akan cerita, “caleg si Anu bagus lho.” Atau sewaktu Pemilu 2004, Mama ikut mendukung sebuah partai yang tidak terlalu besar hanya karena salah seorang abangnya ikut mencalonkan diri sebagai legislatif dari partai tersebut. Hadiah kaus yang sempat diterimanya dipakai berbelanja ke pasar dekat rumah, sehingga mengundang senyum para tetangga, hehehe. Dan anehnya cara itu memikat hati sebagian orang di satu jalan rumah kami. Terbukti saat penghitungan suara, tiap kali partai tersebut mendapat suara, tepuk tangan warga justru paling meriah. Padahal saudara kami itu nyaleg-nya di Sumatera Selatan, bukan di Bekasi! :p

Untuk tahun 2009 yang semakin meriah ini, tidak ada saudara kami yang nyaleg lagi, terus identitas dan program para caleg semakin tidak jelas, cuma umbul-umbul dan foto-foto beraneka rupa saja yang dipasang di jalan-jalan sehingga mengganggu pemandangan. Heran, belum juga duduk di parlemen udah pada narsis semua. Akhirnya saya jadi bingung ingin menetapkan pilihan ke partai dan caleg yang mana.

Sampai akhirnya selembar kalender mampir ke rumah pada Sabtu lalu. Diantar oleh seorang tetangga. Isinya? Foto dia sendiri. Astaga, Bapak ini ikut nyaleg rupanya! Caleg sebuah partai yang waktu itu juga baru saya dengar dan program yang tidak jelas juga. Yang penting gaya! Nah tambah bingung deh. Soalnya kalo gak dukung Bapak ini kayaknya gak enak juga. Tapi masa iya sih mesti memilih seseorang karena gak enak kalo gak dukung dia?! Kompromi di rumah pun tercapai, kalender tersebut dipasang di depan tembok rumah sehingga orang-orang dapat terus melihat dan senantiasa teringat-ingat. Namun urusan pilihan pribadi siapa yang tahu. Sebab melihat perilaku para anggota dewan yang terhormat selama 5 tahun terakhir, saya cenderung berpikir bahwa saya hanya akan mengantarkan seseorang menjadi koruptor. Jadi kasihan kan kalo hal serupa menimpa tetangga saya juga.

Yah, kita tandai saja tanggal 9 April yang tinggal 2 bulan lagi. Setelah bangun pagi dan pergi ke TPS, baru deh kita pikirkan siapa yang akan kita pilih. Ah, paling nanti saya akan memperhatikan daftar dan foto caleg, lalu pilih caleg dengan nama yang terdengar keren dan wajah yang ganteng dan cantik. Memang begitu kok cara saya memilih di tahun 2004!

Advertisement

3 comments on “Pemilu oh Pemilu

  1. hahaha.. itulah sulitnya mengikuti pemilu sekarang ini. Disatu sisi kalau tak menggunakan hak suara kita terasa ada yang kurang. Tapi kalau digunakan, takut salah pula. Yang penting diniatkan aja kali Mas.. semoga gak salah pilih dan berkah.Salam kenal dari Mahasiswa UT Pekanbaru..

  2. Anda sendiri sudah ada pilihan caleg belum? Atau nanti diniatkan contreng sambil nutup mata aja? Kan kalo ternyata salah pilih, Anda gak ikutan! bwahahahahahaha

  3. BANYAK PARTAI BIKIN BINGUNGSudah menjadi pedoman hatiku, bahwa dalam pemilihan umum 2009 kita harus menentukan pilihan secara bijaksana. Tapi semua partai peserta pemilu, tiada kupandang tinggi, semua sama tak sapun mendapat keistimewaan.Karena bingung, aku membuat suatu undian. Di atas sekelumit kertas kutulis nama-nama partai. Akhirnya kertas itu kugulung sama serta kumasukkan dalam sebuah kotak kosong, yang kemudian kugoncang-goncangkan.Dengan mata terpejam kuambil sebuah diantara gulungan-gulungan kertas itu. Ketika gulungan itu sudah kukembangakan, kubuka mataku secara perlahan-lahan. Jantungku turut berdebar keras, Ketika salah seorang di antaranya memperoleh kemenangan.Ketahuailah… bahwa yang berhasil memperoleh kemenangan adalah……………………………inilah gambaran bimbang masyarakat, apa yang dijanjikan partai politik tak jua mencapai biduk kebahagiaan.sumber:http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: