Reuni, di mata saya, telah menjadi fenomena. Mengapa? Kalau Anda pergi ke food court atau restoran di mall pada akhir pekan, terutama Jumat malam, Anda pasti akan menemukan beberapa kelompok orang yang heboh berpelukan pada saat bertemu, ngobrol dengan asyik dan kadang diselingi tertawaan ngakak keras-keras, lalu diakhiri dengan sesi foto bersama, biasanya dengan meminta seorang pelayan untuk menjadi tukang foto dadakan 🙂
Ya, itulah kelompok yang sedang mengadakan reuni. Bermacam-macam latar belakangnya. Ada reuni sekolah, kuliah, daerah asal, kantor, dsb. Menariknya, fenomena ini mulai terasa kemunculannya pada akhir tahun 2008, seiring dengan fenomena facebook. Dimulai dari pencarian akan teman-teman lama, berlanjut pada keinginan bertemu, jadilah reuni. Namun mengapa kita mengadakan reuni?
Ketika kita masih bersekolah atau kuliah, kita banyak berteman dengan orang-orang dari sekolah dan kampus yang sama. Oleh karena pada masa-masa itu kita belum dibebani tanggung jawab menghidupi diri sendiri dan mencari nafkah, maka kerjaan kita setelah sekolah selesai tentunya main kan :). Lalu kita juga membangun “identitas bersama” sesuai dengan wadah sekolah kita.
Meski sudah lulus, tentunya keinginan untuk berkumpul lagi itu selalu ada. Kalau berdasarkan pengalaman pribadi, hasrat untuk mengadakan reuni itu baru ada sejak kita mulai menginjak usia 30-an. Mengapa? Teman-teman SMA, misalnya, terkadang masih suka bertemu kita sewaktu kuliah, jadi status pertemuan itu masih “ngumpul bareng,” belum cocok disebut reuni. Lalu semasa membangun karir, kita disibukkan oleh urusan masing-masing yang mengurangi kesempatan untuk bertemu kawan-kawan lama. Nah, usia 30-an adalah masa-masa kita mulai mapan dengan pekerjaan dan keluarga kita; mulailah ada waktu luang untuk bersantai sekaligus rasa penasaran akan keberadaan teman-teman lama kita. “Anaknya si Anu udah berapa ya? Si mantan gue udah kawin belum ya?” Maka jadilah kegiatan reuni itu dilakukan. Apalagi dengan ada FB, maka urusan mengatur jadual sama kontak teman-teman jadi lebih mudah.
Reuni bagi saya adalah kebutuhan bersosialisasi yang tak kalah penting, yaitu bagaimana kita menjalin lagi pertemanan yang sempat renggang karena waktu. Reuni juga menjadi ajang menyaksikan bagaimana rekan kita sekarang telah berubah dari yang dulunya cupu sekarang menjadi orang. Lalu juga membuat kita berpikir, di mana posisi kita sekarang. Memang sih, reuni juga membuat kita menjadi membandingkan kesuksesan orang lain dengan kita sendiri; sesuatu yang dapat menimbulkan iri hati. Namun dengan reuni kita dapat membangun lagi identitas sosial yang pernah kita miliki, sekaligus mempererat lagi persahabatan kita sampai tahun-tahun mendatang.
Kalo sekarang, elo udah jadi orang dong ya? Boleh minta ttd nya nda? hehehe…
Reuni yah.. bener banget. sudah menjadi suatu kebutuhan. Kerontang jiwa tanpa bersosialisasi *halah nggaya*
jadi kapan deblogger mau ngadain karaoke.. ups, reuni berikutnya?! *wink wink*
Reuni untuk usia > 30, bisa jadi ajang untuk barteran usaha, nambah link, ato paling gak info-info terkini tentang teman2 kita sendiri, berikut kesuksesan dan ukurannya.
Kalo yang ngerasa udah sedikit sukses mendingan deh, nah kalo yang ngerasa masih jauh dari sukses, gimana donk? 🙂
hidup reuni 😉