25 Comments

Bank Syariah di Mata Seorang Non-Muslim

Geliat perbankan syariah semakin terasa di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Eh, benarkah seluruhnya? Coba kita renungkan lagi.

Target pasar bank syariah memang sudah jelas: penduduk Indonesia yang beragama Islam. Namun dengan komposisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam ini, tentunya ada pula yang merasa dilupakan. Saya salah satunya. Sebagai seorang Kristen, saya tidak mengenal bank syariah  dan merasa tidak perlu mengenalnya. Setiap kali melihat iklan bank syariah di media atau ketika kebetulan melewati sebuah kantor bank syariah, maka mata ini otomatis beralih ke pemandangan lain dan insting saya langsung berkata, “Tidak perlu diperhatikan, itu bukan buat saya.”

Namun paradigma ini berubah tatkala saya blogwalking di tahun 2008 dan menemukan posting seorang narablog mengenai produk salah satu bank syariah yang menjelaskan fitur produk secara mendetil termasuk keunggulannya (yaitu gratis, tanpa biaya administrasi bulanan). Oleh karena gaya penulisannya yang bersahabat dan tidak banyak menggunakan simbol agama Islam, saya langsung tertarik. Saya pun memutuskan menelaah sistem perbankan syariah, utamanya sistem bagi hasil, hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa produk itu patut dicoba.

Maka dengan sedikit nervous saya datang ke kantor cabang bank syariah tersebut. Meski kagok dengan nuansa islami di dalam kantor lalu celingak-celinguk sampai akhirnya dibantu satpam, saya sukses membuka tabungan. Saya tidak melihat perbedaan antara tabungan ini dengan tabungan di bank konvensional. Ketika di akhir bulan pun saya cukup senang dengan sistem bagi hasil yang kebetulan lebih tinggi dari bunga bank lain (pada akhir bulan tersebut). Saya meneruskan aktivitas menabung saya hingga tahun 2009 dimana saya memutuskan untuk menutup tabungan tersebut. Alasannya sederhana: bank syariah tersebut tiba-tiba mengenakan biaya administrasi bulanan sehingga tidak gratis lagi. Jadi lebih baik saya tutup saja agar ongkos keseluruhan untuk memelihara tabungan di bank tidak terlalu mahal. Lalu faktor-faktor lain seperti jauhnya kantor cabang dan layanan perbankan yang kurang lengkap juga membuat saya menarik diri.

Mengapa bank syariah?

Dari beberapa artikel yang saya baca, saya memahami bahwa sistem perbankan syariah adalah baik menurut agama Islam. Sebagai non-muslim, secara insting saya memang tidak memperhatikan ayat-ayat Al-Quran pendukung dalam artikel-artikel tersebut karena lagi-lagi merasa “tidak ada hubungannya dengan saya.” Saya menghindar dari simbol-simbol agama dan meneliti kebaikan sistem bagi hasil, resiko, dan manfaat lainnya bagi nasabah. Faktor-faktor inilah yang menjadi penentu keputusan saya untuk menabung di bank tersebut.

Mengapa tidak bank syariah?

Pada masa-masa saya menjadi nasabah bank syariah, ada kalanya saya tidak mendapat keuntungan apa pun pada akhir bulan. Hal ini memang menjadi kerugian bagi saya. Namun kembali lagi mengacu pada sistem bagi hasil, return yang nihil ini dapat saya terima sebagai resiko. Nah, pada waktu bank tersebut memutuskan untuk menarik biaya administrasilah maka saya bereaksi dengan cara menutup tabungan. Alasannya jelas: biaya administrasi justru mengurangi saldo saya yang tidak banyak. Lalu bagaimana dengan sistem bagi hasil tadi? Hal tersebut tidak menjadi pertimbangan saya, karena toh saya tetap tidak mementingkan pandangan agama Islam dalam sebuah keputusan investasi.

Sebaiknya bank syariah…

Saya paham bahwa perbankan syariah (mungkin) sudah melakukan hal yang maksimal dalam menjangkau nasabah non-muslim. Hal ini terlihat dari sebuah bank syariah milik swasta yang menggunakan seorang pebulutangkis dari suku Tionghoa sebagai model iklannya. Namun sepertinya promosi seperti ini berjalan setengah hati karena masyarakat non-muslim yang minoritas belum menjadi fokus pemasaran. Jargon-jargon agama yang digunakan bank syariah dalam mengedukasi masyarakat dipandang oleh masyarakat non-muslim (setidaknya saya) sebagai sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Saya memang mendalami lebih jauh tentang sistem bagi hasil, tapi ada berapa orang sih yang mau bersusah-susah seperti saya? Alih-alih mendalami sistem bagi hasil, melihat simbol-simbol agama saja mereka sudah lebih dulu tidak perduli.

Jika memang perbankan syariah serius dalam menggarap pasar non-muslim, atau masyarakat muslim yang belum menggunakan jasa mereka, maka ada baiknya bank syariah sejenak meninggalkan atribut keislamannya. Don’t get me wrong! Atribut keagamaan memang baik dan saya percaya maksudnya pun baik. Namun stigma eksklusif yang melekat pada atribut itulah yang membuat orang lain tidak tertarik untuk sekedar memperhatikan. Dengan sejenak meninggalkan simbol keagamaan dan mengedepankan fitur perbankan, saya percaya bahwa para calon nasabah akan lebih tertarik dan merasa nyaman untuk menaruh uang mereka di sana. Ada sebuah contoh iklan yang baik dari Bank BRI Syariah (dengan hormat saya sebutkan namanya di sini) yang mengedepankan fitur perbankan dalam iklannya di televisi tanpa embel-embel syariah, kecuali logo perusahaan yang ditampilkan di akhir iklan. Iklan seperti ini justru mengena; orang mengenal fiturnya dulu sebelum nama banknya. Ketika sadar bahwa itu bank syariah pun, informasi fitur perbankannya sudah sampai duluan kan?!

Catatan akhir

Saya percaya banyak masyarakat non-muslim yang menyambut baik perbankan syariah. Hanya saja karakter eksklusivitas kita dalam komunitas masing-masing masih menjadi kendala dalam mengedukasi orang lain. Jikalau perbankan syariah lebih menampilkan layanan mereka dengan jelas tanpa “beban” argumentasi keagamaan, saya percaya bank syariah akan lebih menarik lagi di mata masyarakat.

25 comments on “Bank Syariah di Mata Seorang Non-Muslim

  1. Beuh.. Pemikiran yg sangat kritis..

  2. Menurut pemikiran saya, jelas bank-bank syariah sedang berupaya merekrut orang-orang muslim, (sebagai mayoritas di negeri ini) untuk memindahkan tabungannya yang ada di bank non syariah (konvensional). Makanya mereka menggunakan simbol keagamaan/ajaran agama Islam (untuk kemudian seolah-olah dijadikan sebagai jargon), seperti, “bunga (riba) di bank non syariah itu haram”. Mengapa? Karena itu bertentangan dengan prinisp syariat Islam.

    Coba bayangkan jika tabungan umat muslim, yang ada di bank non syariah dipindahkan ke bank syariah, berapa jumlah dana yang bisa terkumpul?

    Dan juga, meski penduduk negeri ini mayoritas muslim, tapi landasan/ideologinya kan bukan syariat Islam. Sehingga bank-bank syariah merasa perlu untuk mengedepankan simbol keagamaan. Kira-kira menurut pemikiran awam saya ya seperti itu. 🙂

  3. Nyong Brad,

    Jumpa lagi 🙂
    Jujur, saya pernah tertarik dengan Bank Syariah loch. Sistem bagi hasil yang ditawarkannya membuat saya pengen mencicipi Bank Syariah ini. Namun memang, saya belum melakukan riset lebih mendalam, baru sekedar dengan dengar saja. Bank Syariah sebenarnya menarik yah kalau bunganya bisa lebih tinggi dari Bank Konvensional, plus tanpa biaya administrasi yang mencekik itu. Sayang, saya baru baca artikel ini dan baru tahu, Bank Syariah juga menerapkan potongan administrasi bulanan 😦

    Thanks sudah berbagi dan membuka wawasan saya akan produk perbankan Syariah 🙂

    ps : saya pernah dengar Bank Syariah menggunakan dinar sebagai media transaksinya. Mengingat Dinar terbuat dari emas, apakah artinya nilai transaksi di Bank Syariah akan selalu naik dan menguntungkan? Ini sependengaran saya saja loch, tanpa bertanya lebih lanjut ke orang yang membicarakan ini 🙂

    • Koh Lomar,

      Bank Syariah gak mengenal bunga koh. Yang ada bagi hasil! hehehe.
      Saya tau kamu Katholik, jadi kalo boleh saran dikit: pertimbangkan investasi di bank syariah setara dengan opsi investasi yang lain. Kenali manfaat dan resikonya juga. Seperti kata seorang ahli perencanaan keuangan: bank syariah itu sistem, bukan agama 😉

  4. hehe…saya juga menutup tabungan syariah karen faktor biaya administrasi bulanan, padahal sebelumnya tidak ada

    blogger jelata seperti hamba yg bergantung pada belas kasihan paypal, mana sanggup mengeluarkan biaya bulanan demi memelihara rekening 😀

  5. Saya malah belum pernah nyoba bro meski saya tau itu “baik”.. dari sisi saya yang belum pernah nyoba, mungkin karena iklannya yang tidak menarik kali ya.. Jadi dapat dipahami untuk pandangan elo yang non muslim di atas…

    Eh tulisannya keren loh, pandangan yang open-minded seperti ini yang dibutuhkan untuk membangun kembali bangsa ini.. dari deBlogger tentunya *koq ya rasanya jelek di ujung jiahahaha*

  6. heheh iya bank syariah emng bank idaman nuy harusna
    tapi kuliah perbankan syariah q bener puzink alhasil cuman dapat C hikz hikz

    blogwalking berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya
    salam blogger
    maksih
    😀

  7. mao comment juga ah… saya sebagai salah satu lulusan perbankan syariah ingin menanggapi postingan sobat, berkaitan dengan biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah tabungan (saya tahu maksud anda BMI kan)…kenapa mereka dulu tidak mengenakan biaya admin, dan sekarang justru ada biayany?? menurut sumber yang saya dapat, BMI melakukan hal demikian karena mereka juga ingin mendapatkan BEP, sebagai bank syariah pertama dan sangat banyak sekali jasanya dalam perbankan syariah maka sudah sepantasnya mereka menerapkan hal itu,so menurut saya tidak ada salahnya bila BMI menerapkan adanya biaya admin, toh biaya tidak terlalu besar dibanding dengan bagihasil yang kita dpat.
    saya sangat salut dengan pemikiran sobat yang kritis terhadap perbankan syariah….

    salam hangat

    • Thanks komentarnya.

      Saya gak bilang bahwa BMI salah lho dengan mengenakan biaya administrasi. Yang saya kemukakan adalah ongkos keseluruhan memelihara tabungan di bank menjadi mahal. Saya punya tabungan di BCA, biaya admin 10rb, lalu Bank Mandiri yg biayanya sama juga. Ditambah lagi BMI yang Rp 3500. Jadi sebulan saya mesti mengeluarkan uang Rp 23,500. Maka saya putuskan menutup satu rekening dan talak pun dijatuhkan pada shar-e, karena memang fasilitasnya paling dikit. Hahaha.

  8. hm.. lagi ngomongin bank syariah ya… nice posting loh bradley. tentu ajah postingan lu bisa dipertimbangkan sebagai masukan yang membangun. hebat banget sih lu sampe mempelajari sistemnya…
    kereeeeennnnnn!!!

    jadi udah resmi deblogger nih? ama beblog juga donggggg 😀 xixixixi

  9. waduw kritis abis euy….hmmm cikup memberi tambahan ilmu pengetahuan nech….mmmm bisa dijadikan bahan skripsi g yah, perspektif masyarakat non muslim terhadap perbankkan syariah kira2 bisa g ? atau ada saran hhehe…..

  10. waduw kritis abis euy….hmmm cukup memberi tambahan ilmu pengetahuan nech….mmmm bisa dijadikan bahan skripsi g yah, perspektif masyarakat non muslim terhadap perbankkan syariah kira2 bisa g ? atau ada saran hhehe…..

  11. salam kenal…blog anda dah nempel di blog saya..link balik ya? ( salam persahabatan …)

    Home

Leave a reply to ambonkaart Cancel reply